6
2011
Gadget.. Primer atau Sekunder?
Perkembangan teknologi saat ini sudah semakin maju. Beberapa gadget yang baru saja dirilis sudah mulai tersingkirkan oleh versi keluaran terbaru dengan fitur – fitur yang lebih menarik. Semua itu sesuai dengan kebutuhan pengguna dan konsumen produk.
Tapi, jika melihat dari fungsionalitasnya sendiri. Apakah gadget tersebut merupakan barang primer atau sekunder? atau bahkan tersier? Mungkin bisa menjadi pertimbangan jika ingin memilikinya.
Elektronik dan Manusia
Setelah revolusi industri, mulai banyak penggunaan barang elektronik di dunia. Yang saat ini sudah mulai menyatu dengan diri manusia sendiri. Bahkan ada yang ditanam di dalam tubuh manusia. Sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri lagi.
Kebutuhan akan barang elektronik sebagai pembantu manusia dan penghibur saat ini sangat tinggi. Bahkan listrik padam/ tidak ada listrik selama 15 menit saja dapat mempengaruhi produktifitas dan kegiatan manusia sendiri. Tak heran, saat ini seperti men-“dewa” kan barang – barang elektronik. Yang menyebabkan pasokan dan kebutuhan listrik semakin tinggi di dunia.
Bisa jadi, sebut saja smartphone atau ponsel pintar. Apakah pemiliknya lebih pintar dari ponselnya atau sebaliknya? Tapi ini adalah kenyataan. Selain itu, fitur yang diberikan gadget saat ini sudah sangat bervariasi. Dan selalu update, dimana akan ada pembaruan bentuk, fitur dan teknologi.
Tak heran jika produk hanya diproduksi secara terbatas. Karena kebutuhan manusia yang berbeda dan selalu ingin lebih (tidak pernah puas) menyebabkan produsen harus mengikuti kebutuhan mereka. Tapi tidak sebanding dengan bagaimana manusia menggunakan gadget itu sendiri.
Contoh kecil saat ini, penggunaan ponsel pintar BlackBerry yang menjadi tren di masyarakat. Pertanyaannya, apakah ponsel tersebut memenuhi kebutuhan primer kita seperti SMS, Chat, Internet dan Telepon? Ya, sangat memenuhi (bagi sebagian besar pengguna Blackberry yang menggunakannya untuk pekerjaan) karena bisa push mail dan sebagainya. Tapi seiring berjalannya waktu. Tren tersebut menjadi gaya hidup. Dimana memiliki ponsel mahal menjadi penilaian tersendiri antar manusia.
Padahal mungkin saja hanya menggunakan ponsel tersebut untuk SMS, Chat, Telpon dan social networking. Kalau seperti itu, mungkin akan berbeda lagi. Memiliki gadget untuk memenuhi gaya hidup bukanlah sebuah kebutuhan primer tapi tersier.
Sangat disayangkan jika memiliki ponsel pintar tapi pemilik tidak sepintar ponselnya. Suatu saat nanti akan tergantikan oleh ponselnya sendiri. Bahkan 1 menit tanpa ponsel tersebut serasa ingin mati. (mungkin). Ketergantungan itulah yang menyebabkan tidak kreatifnya jiwa remaja saat ini.
(549)